Wednesday, January 4, 2012

HILLPARK SIBOLANGIT

sebagai asli sumatera utara, saya mau perkenalin nih salah satu objek wisata yang baru di buka d sumatera utara, tepatnya di sibolangit.. gak terlalu baru sih,, baru sekitar 1 tahunan.dan hanya karena posisi tempat, jadi belum banyak yang tau..
nama tempat nya HILLPARK
Hill Park, sebuah kawasan wahana bermain paling Gress dan paling Heboh di Pulau Sumatera. Berlokasi di Sibolangit Sumatera Utara. Sepintas mirip dengan Dunia Fantasi di Jakarta . Mungkin bisa dikatakan miniatur dari wahana bermain yang aku sebutkan tadi, yang luasnya masih lebih kecil. Tapi walau begitu cukup banyak juga permainan yang bisa dimainkan (bisa dilihat di gambar). Dan Semoga saja nanti kalo balik ke medan lagi dan kembali kesitu fasilitas permainannya dah komplit.Hill park Berlokasi di daerah pegunungan daerah Sibolangit ( di Grand Hill City Sibolangit, Jl. Letjen Djamin Ginting Km. 45). Perjalanan dari Medan menuju Green Hill Sibolangit menempuh waktu kurang lebih 1,5 jam dengan menggunakan mobil, perjalanan harus extra hati-hati karena jalan yang harus dilalui menuju ke arah pegunungan brastagi sangat curam dan banyak belokan-belokan tajam.
” selamat datang di Hill Park”
The Heritage merupakan tema bernuansa kastil yang megah. Kastil ini dinamakan Kastil Camelot. Di dalamnya terdapat berbagai permainan indoor yang menarik. Kastil Camelot ini juga merupakan jalur untuk ke Tema Lost City dan Toon Town. Permainan: Camelot Shop/Souvenier Shop, Floor projection games, Komedi putar, Ombang ambing, Bom-bom, Bumper boat.
Salah satu sudut hillpark dilihat dari salah satu wahana yaitu Kincir Angin Raksasa
The Lost City merupaka tema dengan arsitektur kuno bebatuan dengan kerangka dinosaurus. Di zona ini terdapat berbagai permainan seru seperti Gelegar (Rooler Coaster) dan Kincir Raksasa (Ferries Wheel). Permainan : Gelegar, Kincir Raksasa, Telecombat, Ulang Alik, Kereta Hillpark.
Wahana yang paling menegangkan di Hill Park adalah Gelegar, kalau di dufan namanya Halilintar.. Dibandingkan dengan halilintar yang ada di dufan, gelegar ini terasa lebih lama dan lebih naik turun serta lebih terasa sakit karena goncangannya lumayan kuat .. hehehe… wahana ini merupakan wahana yang wajib dimainkan..
Toon Town merupakan tema yg dikhususkan untuk anak kecil atau balita. Di Tema ini terdapat berbagai wahana seru atau permainan khas cartoon. Permainan: Puting beliung, Mini BomBom, Ajut-ajut, Baling-baling, Battery car, Kincir Mini, Taksi gila, Tulalit.
Perkiraan biaya yang dihabiskan : Tiket Parkir : Rp 3.000, Tiket masuk hari libur: Rp 20.000/orang (hari besar dan hari libur) Tiket masuk reguler : Rp 12.000/orang, Untuk sekali permainan dikenakan biaya juga, Game besar seperti Kincir Angin dan Roller Coaster dikenakan biaya Rp 12.000/orang. Game-game yang biasa aja dikenakan biaya Rp 10.000/orang. Jadi kalo mau nyoba seluruh wahan permainan, mungkin bisa habis 300.000-an per orang juga tuh. Belum lagi makan dan minum nya disana. Minimal untuk Makanan Rp 10.000 dan Minum Rp 7.000.

as the original northern Sumatra, I want ya perkenalin one of the new tourist attraction in northern Sumatra open d, precisely in Sibolangit .. not too new anyway,, just about 1 tahunan.dan only because of the position of the place, so not many people know ..
place his name HILLPARKHill Park, an area of ​​a vehicle to play the most Gress and most Heboh on the island of Sumatra. Located in North Sumatra Sibolangit. At first glance similar to the Fantasy World in Jakarta. May be said of the miniature of a vehicle to play that I mentioned earlier, the extent of still smaller. But even so quite a few games that can be played (can be seen in the picture). And Hopefully We'll reply back to the field again and again over there komplit.Hill dah game park facilities located in mountainous areas Sibolangit area (at Grand Hill City Sibolangit, Jl. Lt. Djamin Ginting Km. 45). The journey from Medan to Green Hill Sibolangit take approximately 1.5 hours by car, the trip must be extra careful because the way to go toward the mountains are very steep and much Brastagi turns sharply.
"Welcome to Hill Park"
The Heritage is the theme of shades of the majestic castle. The castle is called Castle Camelot. Inside are a variety of exciting indoor games. Camelot Castle is also a path to the theme of Lost City and Toon Town. Games: Camelot Shop / Souvenier Shop, Floor projection games, Comedy round, Ombang udder, bombs, Bumper boats.
One corner hillpark viewed from one of the rides is the Giant Windmills
The Lost City merupaka ancient architectural themes with rocks with dinosaur skeletons. In this zone there are a variety of exciting games like rumble (Rooler Coaster) and the Big Wheel (Ferries Wheel). Games: thunder, Big Wheel, Telecombat, Shuttle, Train Hillpark.
The most thrilling rides in the Hill Park is roaring, when in Dufan named Lightning .. Compared with the existing in Dufan lightning, thunder it feels much longer and more up and down as well as the more painful because goncangannya quite strong .. hehehe ... this vehicle is a vehicle that must be played ..
Toon Town is the theme of who is devoted to small children or toddlers. In this theme there are a variety of exciting rides or games typical cartoon. Games: Putting a pickaxe, Mini BomBom, Ajut-ajut, Propellers, Battery Car, Mini Mill, crazy taxi, Tulalit.
Estimated amount spent: Parking Ticket: Rp 3,000, holidays Admission: USD 20.000/orang (the big day and holidays) Regular Admission: USD 12.000/orang, and for once the game is also charged, big game such as Windmills and Roller Coaster 12.000/orang charged Rp. Games that used to be charged Rp 10.000/orang wrote. So if want nyoba all subordinates of the game, may be discharged 300,000-tuh's per person as well. Not to mention his eating and drinking there. Minimum for Food and Drink Rp 10,000 to Rp 7,000.

TAMAN WISATA IMAN DAN SOUVENIR UNIKNYA

TAMAN Wisata Iman, Sitinjo, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara (Sumut) hanya dapat ditempuh melalui jalan darat. Daerah ini dapat ditempuh melalui jalan darat dari Kota Medan dengan jarak sekitar 110 kilometer.
Bagi pengunjung yang ingin menumpang kendaraan umum tersedia perusahaan angkutan umum jenis Mitsubishi L-300 antara lain Sampri, BTN, dan Himpak. Lama perjalanan dari Kota Medan ke Taman Wisata tersebut sekitar 3 jam. Pengunjung yang memasuki Kota Medan melalui Bandara Polonia Medan bisa langsung menghubungi loket angkutan umum tersebut. Atau menghubungi agen perjalanan yang saat ini cukup banyak di Medan.
Khusus bagi pengunjung dari luar Sumut melalui Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) dengan menggunakan bis Antar Lintas Sumatera (ALS), Makmur, dan PMH dapat melakukan transit di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut. Dari Kecamatan Siborongborong, Anda dapat menumpang bis Sampri atau bis lainnya ke Sidikalang melalui Doloksanggul, ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dairi merupakan persimpangan hubungan (interkoneksi) di wilayah dataran tinggi Sumut. Dari Sidikalang ke arah barat dapat diteruskan ke Kabupaten Aceh Singkil, Tapanuli Tengah, dan Aceh Selatan. Di Singkil, Tapanuli Tengah, dan Aceh Selatan, Anda dapat melihat situs dan peninggalan sejarah perjalanan Islam tertua di Indonesia.
Sedangkan dari Parbuluan bisa dilanjutkan ke Tarutung dan Balige dengan menyusuri Danau Toba sebelah barat melalui Dolok Sanggul. Di kawasan ini Anda dapat menikmati wisata rohami Kristen seperti makam missionaris DR IL Nommensen di Balige, Salib Kasih di Siatas Barita Tarutung, dan Gereja Dame pertama di Tanah Batak di Silindung Tarutung.
Jika perjalanan dilanjutkan ke arah Selatan menuju Parlilitan Anda bisa menempuh Barus, Manduamas, dan Sorkam di Tapanuli Tengah.
Jika perjalanan dari Dairi melalui Parbuluan Anda juga bisa turun lewat Desa Tele ke Pangururan di Pulau Samosir sesudah mengitari pinggang gunung Pusuk Buhit yang indah dan sacral dalam pandangan orang Batak.
Dari Sidikalang ke arah barat daya orang bisa ke Sukarame di Kabupaten Pakpak Bharat, lalu menuju Parlilitan di Tapanuli Utara atau menuju Subulussalam di Aceh Singkil.
Ke sebelah utara lewat Tigalingga dan Kutabuluh Anda bisa memilih jurusan ke Kabanjahe di Karo atau ke Kutacane di Aceh Tenggara. Jadi apabila tiba di Sidikalang tersedia interkoneksi ke segala arah sesuai dengan minat dan tujuan Anda. Setiap jalan juga dapat dilalui kendaraan roda empat dan tersedia juga angkutan umum.
WALAU Taman Wisata Iman masih tergolong baru, namun di kawasan ini sudah terdapat sejumlah kios penjual suvenir. Kios penjual suvenir di kawasan wisata ini memang masih musiman. Pada hari libur atau mulai dari hari Sabtu hingga Minggu kios penjual suvenir cukup ramai. Sebaliknya pada hari kerja hanya beberapa kios saja yang menjajakan suvenir khas daerah itu.
Pedagang suvernir berada di sebelah kiri sepanjang jalan menuju Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi. Kaos berlogo TWI banyak bersedia di kios-kios. Mulai dari corak dan warna gelap hingga cerah juga tersedia. Jenis kaos juga beragam. Ada kaos tenunan tradisional dan ada juga kaos buatan pabrik.
Selain itu, Anda juga bisa memilih jenis topi berlogo TWI. Memang hampir semua jenis topi yang ada di kawasan tersebut buatan pabrik. Tidak ada topi yang khas buatan tradisional setempat.
Bagi pengunjung yang hobbi mengkoleksi patung, Anda bisa mendapatkannya di kios-kios suvenir di lokasi ini. Mulai dari patung Bunda Maria, patung Yesus Kristen disalibkan, patung sang Budha, patung dewa-dewa ada dijual di sana. Patung-patung tersedia mulai dari ukuran kecil, sedang, dan besar. Harga patung hanya berkisar Rp25 ribu hingga Rp100 ribu.
Perjalanan Anda juga akan lebih berkesan jika membeli lukisan pemandangan Bukit Sitinjo dan TWI. Ukuran lukisan tersebut dirancang sesuai untuk dipajang di ruang tamu rumah Anda. �Lukisan ini memang khas dengan objek lukisan Taman Wisata Iman dan Bukit Sitinjo. Manakala pengunjung tidak bisa mengabadikan lokasi wisata ini, mereka bisa membeli lukisan-lukisan ini,� kata Pangihutan Sitohang, pedagang suvenir di lokasi wisata.
Pangihutan menjual berbagai jenis lukisan antara lain lukisan panorama alam, lukisan Yesus, dan lukisan kaligrafi. �Selain lukisan dan patung-patung, kami juga menyediakan oles (kain tradisional) khas Pakpak. Oles atau dalam bahasa Batak disebut ulos ini buatan tenunan tradisional masyarakat setempat yang didominasi warna hitam,� katanya.
Khas Pakpak lainnya yang dijual di kios-kios suvenir tersebut adalah genderang Pakpak. Genderang Pakpak seperti gendang. Sebanyak sembilan unit genderang dibuat menjadi serangkaian yang dapat dimainkan pada acara-acara adat seperti acara perkawinan, kematian, peresmian gedung publik, dan penyambutan tamu agung.
Sebagian di antara kios-kios suvenir itu juga menjual kopi bubuk. Kopi yang dikemas plastik itu hasil olahan khas masyarakat setempat dengan pengolahan tradisional. Kopi merupakan komoditi unggulan Kabupaten Dairi. Kopi Sidikalang merupakan produk tak asing lagi yang terkenal ke seluruh seantero nusantara.
Selain Kopi Sidikalang, kabupaten ini juga memiliki komoditi unggulan lain seperti jeruk, markisa, dan nenas. Buah-buahan itu dapat Anda beli di warung-warung sepanjang jalan TWI. Khusus penggemar buah jeruk, di pinggiran Kota Sidikalang ada pedagang jeruk yang menyediakan pelayanan petik sendiri. Jadi Anda bisa puas memilih ukuran dan warna jeruk yang Anda suka dengan harga yang bervariasi Rp5.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Khusus bagi pengunjung dari luar Sumut, jika Anda berangkat atau pulang melalui Kota Medan sempatkanlah berbelanja di Toko Kue Meranti di Jl Kruing No. 2K. Toko roti ini menyediakan bolu gulung lima rasa khas Medan. �Sebaiknya pemesanan dilakukan sehari sebelum pembelian, sebab semua bahan kue kami racik sendiri,� kata Rissa, pengelola Toko Meranti. Toko kue ini menyediakan berbagai jenis kue lapis antara lain lapis spekuk (kue terbuat dari rempah-rempah), prunoes (kue lapis yang terbuat dari buah prunoes), dan kue sus.
Tidak jauh dari lokasi Toko Meranti, Anda sebaiknya juga membeli oleh-oleh di Jl Mojopahit Medan. Di sana ada Toko Zulaikha yang menyediakan berbagai oleh-oleh antara lain bika ambon, lapis legit, berbagai cake, kue kering,dan marquisa

Faith Tourism PARK, Sitinjo, District Sidikalang, Dairi, North Sumatra (North Sumatra) can only be reached by road. This area can be reached by road from Medan with a distance of about 110 kilometers.For visitors who want to ride public transportation available common carrier type of Mitsubishi L-300, among others Sampri, BTN, and Himpak. Travel time from Medan to Park City is about 3 hours. Visitors entering through the city of Medan Polonia Airport can directly contact the counter of public transport. Or contact a travel agent who is currently quite a lot in Medan.Especially for visitors from outside North Sumatra Sumatra through the Road Traffic (Jalinsum) using bis Antar Lintas Sumatra (ALS), Prosperous, and PMH can make a transit in District Siborongborong, North Tapanuli, North Sumatra. From the District Siborongborong, you can ride a bus or bus to other Sampri Sidikalang through Doloksanggul, the district capital Humbang Hasundutan.Dairi is a crossing relationship (interconnect) in the highlands of North Sumatra. From Sidikalang westward can be forwarded to the District Singkil, Tapanuli Central, and South Aceh. In Singkil, Tapanuli Central, and South Aceh, you can see historical sites and relics of the oldest Islamic journey in Indonesia.While from Parbuluan can proceed to Tarutung and Balige by browsing to the west of Lake Toba through Dolok bun. In this area you can enjoy attractions such as the tomb of Christian missionaries rohami IL Nommensen in Balige DR, Cross Love at Siatas Barita Tarutung, and first in the Land of Dame Church in Silindung Tarutung Batak.If the journey continues south to Parlilitan you can take Barus, Manduamas, and Sorkam in Central Tapanuli.If traveling from the Dairi through Parbuluan You can also go down in the village of Tele to Pangururan Samosir Island after circling the waist of the mountain Pusuk Buhit beautiful and sacred in the sight of the Batak people.
From Sidikalang to the southwest in the can to Sukarame Pakpak Bharat, then head North Tapanuli Parlilitan or towards Subulussalam in Aceh Singkil.Go north through Tigalingga and Buluh majors you can choose to Kabanjahe in Karo or to Kutacane in Aceh Tenggara. So when arriving at Sidikalang available interconnect in every direction in accordance with the interests and goals. Each path also can be passed by a four-wheeled vehicles and public transport are also available.
ALTHOUGH Park Faith is still new, but in this area there are a number of stalls selling souvenirs. Stalls selling souvenirs in the tourist areas is still seasonal. On holidays or start from Saturday to Sunday souvenir stalls quite crowded. Instead on working days only a few stalls selling souvenirs are typical of the area.Suvernir traders are on the left along the road to Park Faith (TWI) Sitinjo, District Sidikalang, Dairi. T-shirts bearing the TWI much willing in the stalls. Starting from the complexion and dark to bright colors are also available. Types of shirts are also diverse. There is a traditional woven shirts and t-shirts are also manufactured.In addition, you also can choose the type of hat logo TWI. Indeed, almost all kinds of caps are made in factories in the region. No artificial cap typical local traditional.For visitors the hobby of collecting sculpture, you can get the souvenir stalls at this location. Starting from the statue of the Virgin Mary, a statue of Jesus crucified Christians, Buddha statues, statues of gods are sold there. The statues are available ranging in size from small, medium, and large. Prices range from sculpture only Rp25 thousand to 100 thousand.Your trip will also be more impressive if it bought the painting scenery Sitinjo Hill and TWI. Designed according to the size of the painting for display in the living room of your home. This painting is typical of the objects and paintings Faith Hill Park Sitinjo. When visitors can not perpetuate the location of this tour, they can buy these paintings, said Pangihutan Sitohang, souvenir vendors at tourist sites.Pangihutan sell various kinds of paintings including scenery paintings, paintings of Jesus, and the calligraphy painting. In addition to paintings and sculptures, we also provide topical (traditional cloth) Pakpak typical. Oles or in Batak language called ulos this traditional woven artificial communities dominated by black, he said.Typical other Pakpak sold at souvenir stalls are Pakpak drums. Pakpak drum like drum. A total of nine units was made into a series of drums that can be played on traditional occasions such as weddings, deaths, public building dedication, and great welcoming guests.Some of the souvenir stalls that also sell coffee powder. Plastic packaged coffee is processed by a typical local community with traditional processing. Coffee is a commodity flagship Dairi. Sidikalang coffee is a product of familiar famous throughout the entire archipelago.In addition to coffee Sidikalang, the district also has other leading commodities such as oranges, passion fruit and pineapple. Fruits that you can buy at the stalls along the way TWI. Special fan of citrus fruit, on the outskirts of Sidikalang there are merchants who provide services picked oranges themselves. So you can settle for selecting size and color of orange that you like with varying prices up to Rp 5,000 per kilogram Rp15.000.Especially for visitors from outside of North Sumatra, if you leave or come home through the city of Medan sempatkanlah shop at Cake Shop on Jl Kruing No. Meranti. 2K. Bakery provides rolls of five flavors typical of Medan. Reservations should be done the day before the purchase, because all of our cake ingredients racik own, said Rissa, store manager of Meranti. This pastry shop provides a variety of layer cakes among other spekuk layer (cake made of spices), prunoes (layer cake made of fruit prunoes), and eclairs.Not far from Meranti Store locations, you should also buy souvenirs at Mojopahit Medan Jl. There was a shop Zulaikha, which provide among other souvenirs bika Ambon, lapis legit, a variety of cakes, pastries, and marquisa

WISATA ROHANI SALIB KASIH - TARUTUNG

Tidak hanya terfokus pada daerah Laguboti sebagai Daerah Tujuan Wisata tempo itu, Berkunjung ke daerah Kabupaten Toba Samosir, jangan pernah melupakan yang satu ini sebagai referensi kunjungan perjalanan anda. Kota Tarutung. Yah, kota itu itu menjadi referensi kunjungan yang menarik untuk di pertimbangkan. Di kenal sebagai Kota Wisata Rohani, karena disana terdapat Salib Kasih, Yaitu sebuah menara berbentuk salib setinggi kurang lebih 30-an meter, yang dibangun Pemerintah Tapanuli Utara di bukit Siatas Barita Tarutung.
Di tempat kunjungan tersebut kita akan melihat kota tarutung dari bukit siatas Barita. Walau sudah lama bertempat tinggal di Laguboti, yang kenyataannya cuman 2 jam perjalanan kesana, tapi saya pribadi belum pernah mengujungi tempat itu karena alasan tidak ada kesempatan. Namun setelah 2 tahun menjalani pendidikan di bandung, dan kebetulan mudik untuk liburan semester, baru saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke tempat itu dengan rasa yang sangat 100% penasaran.
Kesan pertama mengunjungi Salib Kasih Tarutung, terkesan Wah. !!!.. ya. Karena tempat itu sangat hening, nyaman dan fresh dilengkapi fasilitas rumah doa. Saat itu, saya di temani oleh salah seorang mahasiswi Politeknik Informatika Del, Laguboti. Rasa senang dan wah itu, membuat aku tidak pernah melupakan moment itu.
Setelah dari tempat itu, kita mengalihkan perjalanan menuju Pemandian Air soda, sekitar 1 jam perjalanan dari Salib Kasih. Menurut referensi web yang saya pahami, Dalam kolam pemandian Air soda itu merupakan sejenis air yang di karbonasikan dan dibuat bersifat efervesen dengan penambahan gas karbon dioksida di bawah tekanan. Dan kini sumber air soda ini telah terdapat di tapanuli utara. Dan ini merupakan salah satu obyek wisata di Tarutung yang belum dapat dioptimalkan sebagaimna layaknya sebuah wisata.
Perjalanan Pulang dari tempat itu juga tidak di lewatkan begitu saja, kita menikmati Panorama sekitar, seperti Aek Sigeaon, percis bergandengan dengan pusat kota Tarutung. Juga tambak Raja Hutapea Tarutung. Akhir kalimat : semoga kota Tarutung terus berkembang dan Maju. Horas.


Not only focused on the area as a Regional Tourist Destination Laguboti's tempo, Been to the Toba Samosir, do not ever forget this one as a reference visit your journey. Tarutung city. Well, the city became an interesting reference to the visit to consider. Known as the City of Religious Tourism, because there are Cross of Love, That is a cross-shaped tower as high as approximately 30-meter, which was built in the hills of North Tapanuli Government Siatas Tarutung Barita.
In place of the visit we will see the city from the hill Siatas Tarutung Barita. Although long resident in Laguboti, the fact cuman 2 hour drive there, but I personally have never visited the place for that reason there is no chance. But after 2 years was educated at Bandung, and happened to going home for semester breaks, I just had the opportunity to visit the place with 100% taste very curious.
The first impression of the Cross to visit Love Tarutung, impressed Wah. !!!.. Yes. Because the place was very quiet, comfortable and equipped with fresh house of prayer. At that time, I was in the company by one student Del Polytechnic of Informatics, Laguboti. Sense of fun and it's nice, makes me never forget that moment.
Following from that place, we turn our way to the soda water bathing, about 1 hour drive from the Cross of Love. According to the web reference I understand it, the bathing pool water it is a kind of soda water in karbonasikan and are made effervescent by the addition of carbon dioxide gas under pressure. And now this soda water sources have been found in North Tapanuli. And this is one of the attractions in Tarutung that can not be optimized sebagaimna like a tourist.
Journey Home from where it is also not miss it, we enjoy the panorama around, like Aek Sigeaon, percis Tarutung coupled with the city center. Also ponds King Hutapea Tarutung. End of the sentence: I hope the city continues to grow and Forward Tarutung. Horas.

Air Terjun Sipiso-piso

Air Terjun Sipiso-piso merupakan sebuah kawasan wisata alam yang terletak tidak jauh dari permukiman masyarakat Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Dapat dibilang, mengunjungi desa ini tidak berbeda dengan berwisata ke Air Terjun Sipiso-piso. Secara geografis, Desa Tongging berada di dataran lebih rendah, sementara Air Terjun Sipiso-piso terletak di perbukitan yang lebih tinggi dari Desa Tongging. Air terjun ini berada di ketinggian lebih kurang 800 meter dari permukaan laut (dpl) dan dikelilingi oleh bukit yang hijau karena ditumbuhi hutan pinus.
Nama air terjun yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo ini memiliki makna yang khas. Sebagaimana disebut dalam berita harian Suara Indonesia Baru, bahwa Sipiso-piso berasal dari piso yang artinya pisau. Derasnya air-air yang berjatuhan dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini diperumpamakan layaknya berbilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo
Sebagai kabupaten yang berkembang, sektor pariwisata di Tanah Karo menjadi salah satu potensi unggulan yang diharapkan mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD), di samping sektor pertanian dan industri tentunya. Di sektor ini, Kabupaten Karo memiliki objek wisata yang menarik, misalnya gunung berapi, sumber air panas, kawasan pegunungan, danau, air terjun, rumah tradisional, kebudayaan masyarakat lokal, dan lain sebagainya (www.hariansib.com).
Dalam perkembangannya, objek-objek wisata di Tanah Karo mulai dikembangkan dan dipromosikan ke luar daerah, termasuk Air terjun Sipiso-piso sendiri. Meskipun seolah terjadi persaingan di antara objek-objek wisata itu, hal ini tetap menjadi nilai positif karena masing-masing objek menjadi terpacu untuk berkembang dan mampu menarik wisatawan sebanyak mungkin. Sebagai contoh, di Desa Tongging belum lama ini telah didirikan Taman Wisata Iman (TWI). Meskipun demikian, TWI yang konon lebih banyak menyerap perhatian wisatawan untuk datang, pesona Sipiso-piso tetap saja tidak akan tergantikan. Bagaimana tidak, air terjun ini tidak lain merupakan salah satu air terjun tertinggi di antara banyak air terjun di Indonesia, seperti Air Terjun Tinoor di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara atau Grojogan Sewu, di Provinsi Jawa Tengah.
Dari kesemuanya itu, Sipiso-piso tetap istimewa. Hanya terpisah jarak sejauh 35 km dari kota wisata terkenal di Indonesia, Kota Berastagi, Kabupaten Karo, dan hanya memerlukan sekitar 45 menit dari Kota Medan, Ibukota Provinsi Sumatra Utara, Air Terjun Sipiso-piso terbukti mampu mengangkat reputasi Kabupaten Karo sebagai salah satu daerah tujuan pelancong domestik maupun mancanegara. Tonggo Simanungsong, seorang pecinta wisata, mengatakan bahwa wisatawan mancanegara yang banyak mengunjungi Air Terjun Sipiso-piso berasal dari Malaysia, Singapura, Prancis, dan Belanda (http://tonggo.wordpress.com/). Bagi wisatawan lokal, panorama di Tongging ini sudah sangat dikenal, malahan ada yang mengatakan kabar ini telah sampai ke santero dunia karena keindahan alamnya yang menakjubkan.
Dahsyat!!! Begitulah perasaan Anda ketika pertama kali menginjakkan kaki di Desa Tongging, desa di mana Air Terjun Sipiso-piso berada. Dengan mengunjungi Desa Tongging, Anda akan menikmati pemandangan yang indah seperti kawasan wisata di Desa Tao Silalahi yang berada di dekatnya. Sebelum menikmati air terjun dari dekat, Anda akan disuguhi pemandangan indah Tanah Karo dari gardu pandang yang ada di puncak bukit, titik pangkal aliran air terjun Sipiso-piso. Dari puncak bukit yang mengitari Air Terjun Sipiso-piso ini pula Anda dapat menyaksikan keindahan lansekap Danau Toba, sebuah danau vulkanik terbesar di dunia.
Setelah itu, untuk menjelajahi keelokan alam Sipiso-piso dari dekat, Anda harus menyusuri punggung bukit melalui ratusan anak tangga kecil yang telah disediakan untuk turun dan mendekati air terjun tersebut. Jajaran anak tangga yang telah dipersiapkan itu merupakan jalan utama yang aman
Sesampainya di bawah, Anda dapat memandang ke arah bukit-bukit kecil yang ada di hadapan Anda. Ketakjuban Anda akan tingginya bukit-bukit tersebut akan dibarengi dengan suara gemuruh percikan ribuan butiran air yang memantul dari titik jatuhnya air. Karena air terjun ini memiliki ketinggian 120 meter atau sekitar 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba, maka banyak orang yang pernah berkunjung ke tempat ini mengatakan besaran butiran percikan air jatuh di Sipiso-piso lebih besar dari Air terjun Sigura-gura—sebuah daerah wisata alam terkenal di Sumatra Utara.
Air terjun Sipiso-piso terletak di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Indonesia. Kecamatan ini berada sekitar 24 km dari Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo.
Bila Anda berada di Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatra Utara, maka Anda harus menempuh perjalanan sekitar 2 jam dengan bus atau mobil menuju Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo. Kabanjahe terletak di selatan kawasan wisata dataran tinggi yang terkenal, yakni Berastagi. Setiap 45 menit bus trayek Kabanjahe diberangkatkan dari terminal pusat kota Medan. Tarif bus sangat tergantung dengan jenis bus yang Anda pilih, tentu bus ekonomi yang paling murah. Sesampainya di Kabanjahe, Anda masih harus menempuh jarak 24 km ke arah Utara, jalur menuju Danau Toba. Dengan kualitas jalan beraspal, Anda dapat sampai di Desa Tongging untuk berwisata di Air Terjun Sipiso-piso dalam 30 menit menggunakan mobil atau bus.
Penginapan tentu menjadi hal yang penting bagi wisatawan. Ketika berwisata di Air Terjun Sipiso-piso dan berkeinginan untuk bermalam, maka Anda dapat menemukan penginapan di Desa Tongging atau di Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo. Selain itu, bila Anda ingin mencari kenang-kenangan atau suvenir untuk keluarga di rumah, maka datangi saja berbagai penjaja suvenir khas Tanah Karo di kawasan wisata ini.

Sipiso-piso Waterfall is a natural tourism area which is located not far from the village community settlements Tongging, District Brand, Karo, North Sumatra Province. Can say, visiting this village did not differ with day trips to Sipiso-piso Waterfall. Geographically, the village on the plains Tongging lower, while Sipiso-piso Waterfall is located on the higher hills of the village Tongging. This waterfall is located at an altitude of approximately 800 meters above sea level (asl) and is surrounded by green hills covered with pine forests since.
The name of the waterfall that is managed by the Regional Government of Karo Regency has a distinctive meaning. As mentioned in the news daily New Voice Indonesia, that Sipiso-piso piso meaning comes from the knife. Swift water-water that fell from the hill above the hundred-meter altitude is diperumpamakan like-bladed sharp knife. In addition, a steep cliff when viewed from the top of the hill make a local call from Tanah Karo piso
As a growing district, the tourism sector in Tanah Karo became one of the leading potential is expected to boost revenue (PAD), in addition to agriculture and industry of course. In this sector, Karo has interesting attractions, such as volcanoes, hot springs, mountains, lakes, waterfalls, traditional homes, local culture, and so forth (www.hariansib.com).
During its development, attraction in Tanah Karo began to be developed and promoted to other regions, including Sipiso-piso waterfall itself. Although as there is competition among the attractions that it remains a positive value for each object to be encouraged to grow and be able to attract as many tourists as possible. For example, in the Village Tongging has recently established Tourism Park Faith (TWI). Nevertheless, the TWI is said to absorb the attention of more tourists to come, charm-piso Sipiso still will not be replaced. How not, this waterfall is but one of the tallest waterfall between the many waterfalls in Indonesia, such as Waterfall Tinoor in Tomohon, North Sulawesi Province or Grojogan Sewu, in the province of Central Java.
From all that, Sipiso-piso remain special. Separated by only 35 km distance from the famous tourist city in Indonesia, Medan City, Karo District, and only requires about 45 minutes from the city of Medan, the capital of North Sumatra Province, Sipiso-piso Waterfall proved able to raise the reputation as one of the Karo Regency destination domestic and foreign travelers. Tonggo Simanungsong, a lover of travel, said that many foreign tourists who visit Sipiso-piso Waterfall originated from Malaysia, Singapore, France, and Holland (http://tonggo.wordpress.com/). For local tourists, panoramic Tongging is already very well known, some say even this news has reached the santero world for its natural beauty is stunning.
Awesome! That's how you feel when you first set foot in the village of Tongging, the village where Sipiso-piso Waterfall is located. By visiting Tongging Village, you will enjoy the beautiful scenery as tourism area in the village of Tao Silalahi that are nearby. Before enjoying the waterfalls up close, you'll be treated to magnificent views of Tanah Karo viewing post at the top of the hill, the point of the base flow Sipiso-piso waterfall. From the top of the hill that surrounds Sipiso-piso Waterfall is anyway you can see the beauty of the landscape of Lake Toba, a volcanic lake in the world.
After that, to explore the natural beauty of nearby Sipiso-piso, you need along the ridge through hundreds of small steps that have been provided for the down and approached the waterfall. Line of stairs that had been prepared it is a main road safe
At the bottom, you can look toward the small hills in front of you. You'll wonder at the high hills will be accompanied by the thunderous sound of water splashing thousands of granules that bounce from the point of falling water. Because of this waterfall has a height of 120 meters or about 360 feet before flowing into Lake Toba, so many people who've been to this place say how big a splash of water droplets falling in Sipiso-piso waterfall greater than Sigura-a-Gura natural tourism areas known in North Sumatra.
Sipiso-piso waterfall located in the District Brand, Karo, North Sumatra, Indonesia. Sub-district is located about 24 km from the city Kabanjahe, the capital of Karo Regency.
When you are in Medan, North Sumatra provincial capital, then you have to travel about 2 hours by bus or car to Kabanjahe, the capital of Karo Regency. Kabanjahe located in the southern highland tourist area famous, namely Berastagi. Every 45 minutes bus route Kabanjahe depart from the terminal downtown Medan. Bus fare depends on the type of bus you choose, of the economic bus is the cheapest. Arriving at Kabanjahe, you still have to travel a distance of 24 km to the north, the path to Lake Toba. With the quality of paved roads, you can get to tour the Village Tongging Sipiso-piso Waterfall in 30 minutes by car or bus.
Lodging would be an important thing for tourists. When traveling in Sipiso-piso Waterfall and willing to spend the night, then you can find lodging in the village of Kabanjahe Tongging or in the City, the capital of Karo Regency. In addition, if you want to find a memento or souvenir for the family at home, then go just a variety of souvenir hawkers Karo in this tourist area.

Wisata ke Sianjur Mula-mula

Nama besar Danau Toba telah dikenal sejak dulu di Nusantara dan dunia internasional. Bahkan hingga saat ini belum ada yang mampu mengalahkan dan menyamai keindahan  panorama Danau Toba.
Pesona danau terbesar di Indonesia ini terus menjadi tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara.Belum lama ini tim redaksi MedanBisnis melakukan traveling di kawasan Danau Toba yang eksotis. Selain menikmati pesona Danau Toba, perjalanan kami kali ini adalah menuju perkampungan Sianjur Mula-mula di Pulau Samosir. Daerah ini sekitar 180 km dari pusat Kota Medan. Dan menurut legenda di sinilah asal-muasalnya orang Batak terlahir. Pulau Samosir memang diyakini sebagai daerah asalnya orang Batak. Di pulau ini,  tepatnya di Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula merupakan asal orang Batak. Pusuk Buhit merupakan pegunungan yang berdampingan dengan Bukit Barisan, dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan Danau Toba. Bagi masyarakat Batak Toba, perbukitan ini dipercaya sebagai alam semesta atau "Mulajadi Nabolon" (Tuhan Yang Maha Esa) menampakkan diri. Sianjur Mula-mula merupakan satu dari sembilan kecamatan di Kabupaten Samosir. Memasuki daerah ini kami langsung menuju ke Desa Aek Sipitu Dai, yang terletak di daerah Boho, Limbong  melewati Kota Pangururan. Dalam bahasa Batak Aek Sipitu Dai diartikan air dengan 7 rasa yang berbeda. Di kawasan pedesaan ini, kita dapat melihat dan langsung merasakan air dari 7 buah pancuran yang masing-masing memiliki rasa yang tidak sama. Air yang keluar dan mengalir di pancuran penampungan ini, datang dari 7 buah mata air yang tergabung dalam satu wadah seperti bak yang panjang.
Bagi suku Batak,  Aek Sipitu Dai merupakan situs sejarah peradaban dan perkembangan Suku Batak di Toba. Memasuki kawasan situs, kami pun bertemu dengan S Sagaa, seorang perawat dan penjaga situs Aek Sipitu Dai. Menurut Sagala, Aek Sipitu Dai adalah salah satu bukti situs sejarah, dari nenek moyang suku Batak yang bermukim hingga melahirkan generasi suku Batak sampai sekarang ini. Menurut cerita dimasyarakat Batak Aek Sipitu Dai adalah tempat bertemu dan berjodohnya anak-anak dari si Raja Batak. Bahkan sampai saat ini, masyarakat masih meyakini, air dengan 7 rasa tersebut mampu memberikan perubahan bagi siapapun yang percaya dengan kekuatannya. Sehingga tak jarang orang yang berkunjung ke Aek Sipitu Dai sengaja membawa pulang air 7 rasa ini sebagai oleh-oleh untuk keluarga. ”Asal muasalnya orang Batak, begitulah pengertian dari Sianjur Mula-mula. Dari sinilah seluruh orang Batak yang ada di dunia ini terlahir. Buktinya masih ada situs sejarah Aek Sipitu Dai, air dengan 7 rasa yang berbeda merupakan sumber kehidupan bagi keturunan si Raja Batak ketika itu”, jelas Sagala kepada Medan Bisnis. Ketika masa si Raja Batak berkuasa, Aek Sipitu Dai memiliki kekuatan untuk penyembuhan keluarga si Raja Batak. 7 pancuran yang berbeda telah diatur pemakaiannya, dan memiliki arti serta tanda yang tidak boleh dilanggar. Misalkan pancuran pertama dan kedua hanya untuk menantu dan anak Si Raja Batak yang belum menikah.
Begitulah penerapan hukum yang ditentukan oleh si Raja Batak. Namun akibat dari perkembangan zaman, ketentuan hukum tersebut mulai lekang dan hilang dari peradaban suku Batak. Dari pantuan redaksi MedanBisnis, situs sejarah Aek Sipitu Dai ini dimanfaatkan oleh warga Batak sebagai sumber kehidupan. Mulai dari mandi, dan mencuci pakaian dilakukan di situs sejarah air 7 rasa. Sedikitnya ada 700 kepala keluarga di Desa Sipitu Dai yang tergantung dengan mata air Aek Sipitu Dai. Karenanya perawatan dan perbaikan situs sejarah semakin sulit dilakukan.”Sulit memang pada pengawasan, ketika kita melarang warga mandi dan mencuci pakaian di situs sejarah ini, juga tidak tepat. Sebab situs ini adalah milik raja mereka si Raja Batak. Di samping itu mata air 7 rasa ini, memang satu-satunya mata air yang paling dekat dengan masyarakat Desa Sipitu Dai ini. Sehingga pemerintah pastinya kesulitan melakukan perawatan situs sebagai obyek wisata,” ungkap S Sagala.
Daerah Sianjur Mula-mula memang memiliki segudang legenda dan cerita asal muasalnya orang Batak. Kami pun dibawa oleh Sagala menuju dan mendekati puncak Gunung Pusuk Buhit (Gunung Toba). Gunung ini masih dekat dengan kawasan Aek Sipitu Dai. Menurut Sagala, di kawasan inilah aktivitas kehidupan si Raja Batak dan keluarganya. Salah satu bukti peninggalan keluarga si Raja Batak adalah situs sejarah batu Hobon. Batu Hobon diperkirakan berusia ribuan tahun. Di dalam batu ini kabarnya terdapat sejumlah peninggalan keturunan si Raja Batak. Batu besar ini memiliki 7 lapisan batu yang mengapit sebuah lubang penyimpanan harta dan benda milik anak Si Raja Batak. Menurut cerita, tidak ada yang sanggup membuka batu yang besar ini.”Inilah batu Hobon yang sering diceritakan orang Batak. Batu ini memang termasuk situs sejarah di suku Batak. Dulu pernah ada yang mau membongkar isi lubang di bawah batu Hobon, tapi tak pernah berhasil. Batu Hobon dipercaya masyarakat berisi harta benda milik keturunan si Raja Batak,” ungkap S Sagala.Wisata di kawasan Sianjur Mula-mula memang terkenal dengan  ikon Gunung Pusuk Buhit. Kawasan ini memang terdapat berbagai jenis situs sejarah suku Batak yang dianggap menjadi bukti perjalanan dan perkembangan orang Batak. Salah satu bukti lainnya adalah monumen patung si Raja Batak dan keturunannya. Masyarakat Batak menyebutnya Sopo Guru Tatea Bulan.Sopo Guru Tatea Bulan yang dibangun tahun 1995 oleh Dewan Pengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tatea Bulan. Bangunan ini terdapat di Bukit Sulatti di bawah Pusuk Buhit. Di dalam bangunan terdapat sejumlah patung keturunan si Raja Batak, berikut dengan sejumlah patung kendaraan si Raja Batak dan pengawalnya

Name of Lake Toba has been known since the first in the archipelago and the international community. Even to this day no one has been able to beat and match the beauty of the panorama of Lake Toba.Enchantment is the largest lake in Indonesia continues to be a tourist destination is local or long mancanegara.Belum MedanBisnis editorial team doing traveling in an exotic area of ​​Lake Toba. Besides enjoying the charm of Lake Toba, our trip this time is toward the township Sianjur At first the island. This area is about 180 miles from the center of the city of Medan. And according to legend this is where they originate Batak people are born. Samosir Island is believed to be the Batak homelands. On this island, precisely in Pusuk Buhit Sianjur Mulamula District is the origin of the Batak people. Pusuk Buhit a mountain adjacent to Bukit Barisan, with a height of more than 1,800 feet above the surface of Lake Toba. For the people of Batak Toba, hills are believed to be the universe or "Mulajadi Nabolon" (God Almighty) appeared. First Sianjur is one of nine districts in Samosir. Entering this area we went straight to the village of Dai Aek Sipitu, located in the Boho area, past the City Pangururan Limbong. In Batak language interpreted Dai Aek Sipitu water with 7 different flavors. In this rural area, we can see and feel the water directly from the 7 pieces each shower which has a flavor that is not the same. The water that comes out and flows in the shower this shelter, the fruit comes from 7 springs incorporated in a container such as a long bath.
For the Batak tribe, Sipitu Dai Aek is the site of the history of civilization and progress in Toba Batak tribe. Entering the area of ​​the site, we were met with S Sagaa, a nurse and guard the site Sipitu Dai Aek. According Sagala, Aek Sipitu Dai is one proof of historical sites, an ancestor of the tribe who settled until delivery Batak Batak tribe generations until today. According to the story Sipitu Dai Aek Batak in the community is a place to meet and berjodohnya the children of the King of Batak. Even today, people still believe, with 7 water taste is able to provide change for anyone who believes in his strength. So that not infrequently people visit Dai Aek Sipitu accidentally bring home water 7 think this as a souvenir for the family. "Origins of the Batak, that sense of Sianjur at first. From here all the Batak people in the world is born. The proof is still there Sipitu Dai Aek historical sites, water with 7 different flavors is the source of life for the descendants of King Batak when it ", explained Sagala to Medan Business. When the time of the ruling King Batak, Dai Aek Sipitu have the power to heal the family of the Raja Batak. 7 different shower has arranged its use, and has a meaning and a sign that should not be violated. Suppose the shower first and second only to law and Si Raja Batak children who are not married.
That application of the law which is determined by the Raja Batak. But the result of the development period, the provisions of the law began to disappear from civilization fission and Batak tribe. From the editorial pantuan MedanBisnis, historical sites Sipitu Dai Aek is exploited by the Batak people as the source of life. Starting from the bath, and laundry done on the site a sense of the history of water 7. There are at least 700 heads of families in the village of Dai Sipitu hanging with Sipitu Dai Aek springs. Therefore maintenance and repair of historical sites more difficult. "It is hard to control, when we prohibit people bathe and wash clothes in this historical site, is also inaccurate. Because this site are the property of their king the King Batak. In addition, seven springs this sense, indeed the only spring that is closest to the village of Dai Sipitu this. Difficulties that the government must exercise care site as a tourist attraction, "said S Sagala.
At first Sianjur area does have a bunch of legends and stories origins Batak people. We also carried by Sagala toward and near the summit of Mount Pusuk Buhit (Mount Toba). The volcano is still close to the area Sipitu Dai Aek. According Sagala, activity in this region Batak King's life and his family. One proof of the Raja Batak family heritage is a historical site Hobon stone. Stone Hobon predicted thousands of years old. Inside the stone is reportedly contained a number of relics of the Raja Batak descent. This boulder has 7 layers of rocks that flank a storage pit property and possessions Si Raja Batak children. According to the story, no one could open up this big rock. "This stone is often described Hobon Batak people. This stone is indeed a historical site in the Batak tribe. There used to be willing to unload the contents of the hole under the stone Hobon, but never succeeded. Hobon stone believed to contain the hereditary possessions of the Raja Batak, "said S Sianjur Sagala.Wisata in the region is famous at first with an icon of Mount Pusuk Buhit. This area is indeed there are many types of historical sites Batak tribes that constituted evidence of travel and development of the Batak people. One of the other evidence is a monument statue of the King of Batak and his descendants. Batak society called Sopo Guru Guru Tatea Bulan.Sopo Tatea Moon, built in 1995 by the Central Board Punguan Pomparan Tatea Master of the Moon. The building is located in Bukit Sulatti under Pusuk Buhit. Inside the building there is a statue of the King of Batak descent, along with a statue of the King Batak vehicles and bodyguards

Tuesday, January 3, 2012

Populer Baru Komentar Label Doa yang bisa dibeli di Makam Keramat Batu Ampar Gunung Padang : Batu, Sejarah dan Misteri Merapat di RAJA AMPAT One Day In Tidung Island (Mangrove Planting Program) Hamparan ombak dan karang pantai Sawarna Adira Faces of Indonesia Adira FOI tathagati Artikel terbaruku di @AdiraFOI : "(Bukan) Rumah Si Pitung" (adirafacesofindonesia.com/article.htm/79…) 2 days ago · reply · retweet · favorite BellaMoulina Slain itu doanya ini lgi:smoga lo2s IYCS jd stlh ikut PMI d Jkt bsa lngsung k Bdg,smoga trplih dr slh stu 100 org yg dptin 2jt/org @AdiraFOI yesterday · reply · retweet · favorite DAMARSAMUDRO RT @AdiraFOI: tahun baru, semangat baru,Ayooo tuliss cerita seru dan baru,tentang tempat pariwisata yang kamu kunjungi...klik... fb.me/1saFnUcRI 19 hours ago · reply · retweet · favorite BellaMoulina @AdiraFOI tgl 19 jnuari pngumuman 100 pemenang ya min? 18 hours ago · reply · retweet · favorite Join the conversation Home > Article pesta rondang bintang simalungun"adat mencari jodoh"

Bangsa Indonesia terdiri berbagai suku (etnis), di dalamnya termasuk suku Simalungun yang dalam kehidupan sehari-hari mempunyai adat, kebudayaan dan bahasa daerah menjadi aset bangsa. Manusia sebagai mahluk sosial dalam menyampaikan maksud dan tujuannya kepada sesama selalu mempergunakan bahasa, karenanya sering disebut “bahasa menunjukkan bangsa”.
Memaknai : “bahasa menunjukkan bangsa “mempunyai arti identitas, hal ini memberikan pemahaman bahwa pergeseran nilai budaya (adat) dapat mengancam mengaburkan jati diri. Untuk mempertahankan jati diri itu tadi maka adat masing-masing  suku penting dilestarikan bagi kepentingan pembangunan menyentuh kehidupan orang banyak dan semua komponen masyarakat berkepentingan senantiasa memeliharanya. Karena adat itu sendiri merupakan pola aturan yang diakui secara bersama dan dilaksanakan secara bersama dalam berbagai kegiatan masyarakat.
Khusus di Simalungun, para pemuka adat bersama tokoh masyarakat yang dikenal dengan Partuha Maujana (Partuha=tokoh adat, Maujana=Cendikiwan) sejak 20 tahun silam mencoba menggali dan melestarikan budaya Simalungun dengan menggelar PRB (Pesta Rondang Bintang). Kegiatan ini mengangkat kebiasaan para remaja daerah ini setelah musim panen.
Ketua PMS (Partuha Maujana Simalungun) Kabupaten Simalungun Drs Jomen Purba Senin menuturkan aktivitas para remaja pada saat rondang bintang (bulan purnama) usai musim panen. Dahulu, kegiatan ini merupakan satu kebiasaan tahunan menjadi ajang pertemuan menjalin kasih atau mencari jodoh dan pembinaan semangat kegotongroyongan para remaja sebagai generasi penerus. Sekarang, akibat perkembangan tehnologi muncul kekhawatiran terjadinya degradasi moral. Karenanya, di masa mendatang PRB akan dijadikan forum pelestarian dan penggalian budaya Simalungun.
Proses terjadinya PRB dituturkan, tidak terlepas dari potensi alam Kabupaten Simalungun yang dikenal sebagai daerah agraris (pertanian). Mengolah lahan pertaniannya, masyarakat yang selalu hormat kepada yang lebih tua senantiasa menumbuhkembangkan semangat “marharoan” (gotong royong) meliputi menanam dan menuai padi, mengambil kayu membentuk tumbukan (gilingan) padi, bahkan dalam pembangunan desa para remaja turut berperan membuka jalan umum, membangun jaringan irigasi serta tempat pemandian.
Kebiasaan “marharoan” memupuk rasa kebersamaan “ra ham roh hu jumangku, ra ahu roh hu juma mu, urupi ham ahu, hu urupi ham. Jadi riap ma hita marhorja marhujai hujon. Riap marsiurupan ibagas riah na madear” (anda senang datang ke ladangku, aku senang datang ke ladang mu, aku membantu anda dan anda membantu saya. Saling membantu dalam musyawarah didasari akal sehat-red).
Setelah panen, melalui hasil musyawarah warga difasilitasi perangkat desa para muda-mudi melakukan persiapan PRB belajar menari, nyanyi, berbalas pantun, mengenakan pakaian adat yang dibimbing orangtua. Bagi muda-mudi yang sudah berumur tetapi belum menikah, menggelar tari khusus sebagai ucapan doa permohonan dengan harapan mendapat jodoh dan cepat menikah. Dalam acara ini juga melibatkan pasangan suami istri yang tidak punya keturunan, panjatkan doa meminta diberkahi anak.
Selain menampilkan pertunjukan tari dan seni, pelaksanaan PRB juga memberikan kesempatan bagi para muda-mudi memperkenalkan hasil dan khasiat tanaman dari masing-masing daerah (desa) asalnya. Di antara tanaman yang diperkenalkan ada yang patut diteliti menjadi ramuan obat bagi kesehatan manusia. Misalnya, Bonang sawei sejenis tanaman semak sering dipergunakan sebagai obat masuk angin dengan mencelupkannya pada air mandian anak-anak.
Jenis tari yang dipertunjukkan muda-mudi pada PRB umumnya mempunyai makna permohonan tersendiri di antaranya adalah gual (tari) Sayur matua (panjang umur), olob-olob (tetap suka ria), parahot (agar tetap utuh), Sampang Apuran (saling memaafkan), Soroung Dayung (agar tersalur rencana), Boniala-boniala (saling memaafkan), Haporas ni si Longkung (jangan anggap remeh), serta tari khusus mohon keturunan bagi pasangan suami-istri yang belum dikaruniai anak.
Rangkaian acara PRB tidak luput dari kegiatan berbalas pantun sesama muda-mudi, perkenalan pertama pada acara ini sering membuahkan kasih sayang dan diakhiri dengan pernikahan sesama muda-mudi. Kalangan pemuda selalu menyampaikan niat dengan mengucapkan pantun ditujukan kepada seorang gadis, mau atau menolak dipersunting.
Contoh pantun dari laki-laki, “Baktei na marjinujur, hambang hondor hapidi, dear pangkei martutur, ulang tarbodur ipudi” (dengan sopan pemuda memperkenalkan dan menjaga diri, mengatakan, sejak awal kita perlu berkenalan agar tidak menuai malu di kemudian hari), Perempuan “Mombur bulung halosi, dear lowoh ni randu, bujur ham mambalosi, aha do ge margamu” (wanita memberitahu identitas garis keturunannya ‘marga’ seraya meminta laki-laki serius dalam perkenalan itu).
Namun, sejak perkenalan pertama sang bidadari adakalanya menolak lamaran laki-laki. Contohnya “Anggo hordong langgeimu, rigaton bulung birah, anggo holong atei mu, dingaton do mandokah” (kalau kamu baik dan suka akan ku ingat selamanya) lalu ditolak dengan halus oleh wanita “Anggo hordong langgei mu, rigaton bulung birah, holong do atei hu, tapi lape tamat sikolah” (aku suka tetapi belum tamat sekolah). Pantun yang terakhir itu menunjukkan, sikap dan rasa persaudaraan sesama sangat kuat tetapi pemuda Simalungun tetap memikirkan pendidikan demi kemajuan di masa mendatang.
Mengingat pola aturan disebut sebagai adat/budaya diakui dan dilaksanakan secara bersama menyangkut berbagai hal tatanan kehidupan bermasyarakat baik dalam kesadaran pembangunan, hukum maupun hubungan sesama warga maka pelaksanaan PRB penting diselenggarakan secara berkelanjutan menggali dan melestarikan budaya Simalungun untuk senantiasa diketahui dan dipahami para generasi penerus. PRB tahun ini adalah yang ke-21 kalinya, dijadwalkan tgl 18-20 Agustus 2006 di Open Stage Parapat.
Semua komponen masyarakat baik eksekutif, legislatif, yudikatif maupun sipil lainnya sesuai dengan bidangnya masing-masing dianggap berkepentingan, turut berperan melestarikan adat/budaya daerah tempat tinggalnya. Pemkab Simalungun bersama DPRD diharapkan mengalokasikan anggaran pembinaan dan pelestarian budaya Simalungun. Bentuk pembinaan dapat dilakukan dengan cara memperkaya literatur, memasukkan pelajaran tambahan muatan lokal bahasa daerah di sekolah melalui program Dinas Pendidikan dan Pengajaran.

The Indonesian people consist of various tribes (ethnic), in it, including interest Simalungun that in everyday life have a custom, culture and local languages ​​an asset of the nation. Humans as social beings in conveying the intent and purpose to others always use language, it is often called the "language suggests the nation".
Interpret: "language indicates the nation" has the meaning of identity, this gives the understanding that the shift in cultural values ​​(traditional) can threaten obscure identity. To maintain the identity that was then the custom of each important tribe preserved for the sake of development touched the lives of many components of society and all stakeholders constantly maintain it. Because the custom is itself a pattern recognized rules together and executed together in various community activities.
Simalungun special, traditional leaders with community leaders, known as Partuha Maujana (Partuha = traditional leaders, Maujana = Cendikiwan) since 20 years ago to try to dig and preserve culture by holding Simalungun PRB (Feast Rondang Star). This activity is lifting habits of the youth of this area after the harvest season.
Chairman of the PMS (Partuha Maujana Simalungun) Jomen Drs Simalungun District Purba said Monday at the activities of the teen star rondang (full moon) after the harvest season. Previously, this activity is an annual habit become a means of meeting established the love or find a mate and fostering the spirit of mutual cooperation of the youth as the next generation. Now, due to technological developments emerging fears of moral degradation. Therefore, in the future will be a forum PRB preservation and excavation of cultural Simalungun.
The process of the PRB is spoken, not apart from the natural potential Simalungun District, known as an agricultural area (agriculture). Cultivate agricultural land, the people who are always respectful to the older continuously develop the spirit of "marharoan" (mutual cooperation) involves planting and harvesting rice, take the wood to form the collision (mill) of rice, even in rural development contribute to the teens opened the public roads, building irrigation networks and baths.
Habit "marharoan" foster a sense of togetherness "jumangku hu ra ham spirit, the spirit of hu Juma ra mu AHU, AHU urupi ham, ham urupi hu. So increment ma hita marhorja marhujai hujon. Increment marsiurupan ibagas riah madear na "(you love to come ladangku, I'm glad you came to the farm, I helped you and you helped me. Mutual aid in deliberation based on reason-ed).
After harvest, the result of deliberation facilitated residents of the village the young people prepare PRB learn dancing, singing, unrequited rhyme, wearing traditional clothes that guided parents. For young people who are old but not yet married, held a special dance as a greeting prayer in hopes of getting a mate and get married. In this event also involves a couple who had no offspring, pray ask blessed child.
In addition to dance performances and art displays, the implementation of DRR also provide opportunities for young people to introduce crop yields and properties of each region (village) of origin. Among the plants that were introduced there that deserves to be studied medicine for human health. For example, Bonang sawei similar shrub often used as a cold medicine by dipping it in water mandian children.
Type of dance is performed on PRB youth generally have a separate petition meaning of which is Gual (dance) Vegetable Matua (long life), olob-olob (still like ria), parahot (intact), Sampang Apuran (forgiveness) , Soroung Paddle (channeled to the plan), Boniala-boniala (forgiveness), the ni Haporas Longkung (do not take for granted), as well as special dance offspring beg for couples who have not been blessed with children.
PRB series of events did not escape from unrequited rhyme activities among young people, the first introduction to this show of affection often led to gay marriage and ending with the youth. Among the young is always convey intentions by saying the poem addressed to a girl, want or reject dipersunting.
Examples of male rhyme, "Baktei na marjinujur, hambang hondor hapidi, dear pangkei martutur, re tarbodur ipudi" (a polite young man and keep introducing themselves, saying, we need to get acquainted early on so as not to reap the embarrassment at a later date), Women "Mombur bulung halosi, dear lowoh ni cottonwoods, longitude mambalosi ham, aha do margamu ge" (lady told the identity of his lineage 'clans' as he asks the man was serious in the introduction).
However, since the first introduction of the fairies sometimes reject applications men. For example "Anggo hordong langgeimu, rigaton bulung birah, anggo holong atei mu, dingaton do mandokah" (if you're good and like I'll remember forever) and then rejected by a woman with a subtle "Anggo hordong langgei mu, rigaton bulung birah, holong do atei hu , but lape graduated sikolah "(I like but have not finished school). The last verse suggests, attitude and sense of brotherhood is very strong but still think Simalungun youth for the advancement of education in the future.
Given the pattern referred to as customary rules / culture is recognized and carried out together on a range of things good order of social life in the consciousness of development, law and relationships fellow citizens organized the execution of important DRR on an ongoing basis to explore and preserve cultural Simalungun to always known and understood by future generations. PRB this year is that to-21 time, the date scheduled for 18 to 20 August 2006 in Open Stage Parapat.
All components of society, both the executive, legislative, judicial and other civil accordance with their respective fields are considered stakeholders, contributing to preserving the traditional / cultural neighborhood. Regency Simalungun joint parliament is expected to allocate the budget development and cultural preservation Simalungun. Form of coaching can be done by way of enriching the literature, include additional lessons local content in local language school through the Department of Education and Teaching program.

PANORAMA ALAM HARANGGAOL

Kota Haranggaol merupakan salah satu tujuan wisata di wilayah Kabupaten Simalungun-Sumatera Utara. Pada awal sekitar tahun 60-an hingga akhir tahun 70, daerah ini sangat ramai dikunjungi para wisatawan dalam negeri maupun manca negara.
Pada kurun waktu itu Pemda Simalungun sempat menikmati pemasukan retribusi wisatawan yang cukup menggembirakan. Bukan itu saja, bahkan masyarakat kota Haranggaol dan sekitarnyapun turut serta menikmatinya, dimana restoran atau kedai yang ada di daerah itu banyak dikunjungi wisatawan. Ditambah lagi dari hasil kebun seperti jeruk, mangga dan pisangpun laku.keras. Tentunya kunjungan wisata ini berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di kota Haranggaol dan sekitarnya. Dan untuk memenuhi biaya hidup masyarakat sehari-hari dan untuk membiayai pendidikan anak-anaknyapun tidak jadi soal pada waktu itu. Namun, mulai awal tahun 80-an, arus wisatawan yang berkunjung ke kota Haranggaol mulai menurun. Dan sekarang daerah Haranggaol seolah sudah dilupakan oleh wisatawan.
Kondisi ekonomi rakyat di Kecamatan Haranggaol saat ini sangat mengerikan. Bahkan meliputi seluruh pesisir horinon ini. Hasil panen bawang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tanaman padi pun hampir tidak keliatan lagi karena mahalnya harga pupuk dan biaya produksi terus meningkat. Hasil panen juga tidak begitu menjanjikan karena kondisi tanah sawah dan ladang sudah semakin terkikis menjadi gersang. Ini disebabkan tekanan ekonomi yang sangat berat, sehingga sawah ladang mereka olah terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari hasil tanaman bawang dan padi.
Saat ini panorama teluk Haranggaol sudah dihiasi dengan karamba (pembudidayaan ikan Nila dan ikan Mas). Hampir sepertiga teluk itu telah dipenuhi oleh karamba dan penempatannya pun tidak teratur. Hal ini mengakibatkan panorama pantai Haranggaol sebagai tujuan wisata yang indah menjadi rusak dipandang mata para wisatawan.
Nampaknya sulit untuk melarangnya. Saat ini tumpuan harapan sebagian masyarakat Haranggaol adalah bertani ikan di danau itu. Lumayan, harga ikan nampaknya agak stabil. Terus, bagaimana mereka yang tidak mempunyai modal? Tidak ada pilihan lain kecuali bertani mengolah sawah dan ladangnya. Celakanya, kalaupun hasilnya bagus, harganya murah. Pada saat harganya mahal, hasil panennya tidak begitu baik.
Kota wisata Haranggaol tidak jauh berbeda dengan Kota Parapat. Keduanya merupakan ibukota kecamatan. Keindahan panoramanya juga tidak jauh berbeda, karena sama-sama terletak di pinggir Danau Toba. Yang membedakan adalah bahwa Kota Parapat banyak dilintasi oleh kendaraan umum, baik angkutan antar propinsi maupun antar kota, dan sarana penunjang kepariwisataan lainnya tersedia di kota Parapat. Jalan raya dan sarana kepariwisataan di kota ini cukup baik dan memadai. Beda dengan Kota wisata Haranggaol, tidak memiliki sarana pariwisata yang memadai juga prasarana jalan rayanya sangat memprihatikan, sehingga mengurungkan minat para wisatawan berkunjung ke kota ini.
Semenjak Bapak Brigjen Radjamin Purba, SH (Alm.) menjabat sebagai Bupati Simalungun, jalan raya dari arah kota Seribudolok ke kota Haranggaol sangat bagus-mulus. Bukan hanya itu, pembangunan jalan yang menghubungkan kota Haranggaol dengan kota Parapatpun sudah berjalan hampir sampai Desa Tigaras. Meskipun badan jalan itu masih dalam konstruksi batu dan selokan pinggir jalan juga belum dibeton. Dan hingga saat ini, jalan tersebut belum pernah diaspal. Apabila jalan ini dapat diteruskan pembangunannya, sesuai rencana semula, para investor pasti akan melirik daerah wisata sepanjang pinggir jalan Danau Toba ini. Karena panoramanya tak kalah indahnya dengan pemandangan Grand Canyon di Amerika. Mereka akan tertarik untuk membangun hotel, motel dan villa-villa sebagai tempat berlibur dan peristirahatan disepanjang jalan tersebut.
Selama kurun waktu 30 tahun terakhir, telah terjadi beberapa kali pergantian Bupati Simalungun. Namun hingga saat ini, jalan tersebut tidak kunjung tembus sampai ke kota Parapat. Malah saat ini sudah kondisi jalan tersebut sudah rusak berat, karena tidak ada perawatan. Di sisi lain, sudah banyak biaya yang dikeluarkan Pemerintah untuk membuka jalan ini. Sekiranya jalan itu sudah tembus ke Parapat, maka potret kepariwisataan dan perekonomian penduduk wilayah itu tidak seperti sekarang ini, bahkan sudah jauh lebih baik.
Saat ini masyarakat kota wisata Haranggaol dan sekitarnya sangat mendambakan pembangunan di daerah ini agar tidak ketinggalan dari daerah lain. Salah satu pendekatan untuk mengejar ketertinggalan itu antara lain adalah melalui pembangunan sarana dan prasarana wilayah itu harus diperbaiki. Sudah saatnya dilakukan peningkatan kualitas infrastruktur jalan raya yang menghubungkan kota Haranggaol ke daerah lain di sekitarnya. Terutama jalan raya masuk ke kota Haranggaol dan dari Haranggaol ke Tigaras melalui Desa Bangunpurba, Sirungkungan, Simanindo, Tambun Raya, arah Timur kota Haranggaol sampai tembus ke kota Parapat perlu mendapat perhatian khusus dari Pemda Simalungun.
Kita semua berkeyakinan apabila pembangunan infrastruktur, sarana lainnya dapat segera direalisasikan oleh Pemda Simalungun, diharapkan kondisi pariwisata dan perekonomian masyarakat Haranggaol dan sekitarnya secara perlahan akan lebih baik dari sekarang. Dengan dilanjutkannya pembangunan jalan tersebut penghubung kota Haranggaol dengan kota Parapat itu, akan memperlancar arus transportasi dari dan ke Haranggaol. Bukan seperti sekarang ini, tidak ada alternatif jalan lain untuk masuk dan keluar kota Haranggaol. Inilah salah satu penyebab kota Haranggaol tertinggal. Dengan lancarnya transportasi di daerah itu, diharapkan kota Haranggaol dan desa di sepanjang jalan raya itu akan mudah diakses, dan mengingat potensi keindahan panorama Danau Toba di sepanjang jalan raya itu diharapkan akan ramai dikunjungi wisatawan dimasa yang akan datang.
Cepat atau lambat, pembangunan infrastruktur dan sarana lainnya akan memberikan dampak positif untuk menjadikan kawasan ini sebagai salah satu tujuan wisata yang potensial seperti sediakala. Pulihnya pariwisata di kawasan ini akan berdampak positif pula terhadap peningkatan perekonomian dan secara perlahan-lahan akan dapat mengentaskan kemiskinan daerah wisata kota Haranggaol sekitarnya. Semoga!!

 Haranggaol city is one tourist destination in the district of North Sumatra Simalungun-. In the early 60s around until the end of the year 70, this area is very crowded by the tourists in the country and foreign countries.
At that time the local government levy income Simalungun tourists had enjoyed a fairly encouraging. Not only that, even Haranggaol city community and participate sekitarnyapun enjoy it, where the restaurant or tavern who are in the area visited by many tourists. Plus from crops such as citrus, mango and pisangpun laku.keras. Of course, this tour visits a positive impact on increasing people's income in the city and surrounding Haranggaol. And to meet the living expenses of everyday society, and to finance children's education-anaknyapun does not matter at that time. However, starting the early 80's, the flow of tourists visiting the city Haranggaol began to decline. And now Haranggaol area seemed to have forgotten by tourists.
Economic conditions of the people in District Haranggaol currently very terrible. Even covering the entire coast of this horinon. Onion harvest is not sufficient to meet daily needs. Rice plants were almost no plasticity again because of the high fertilizer prices and production costs continue to rise. Yields are also not very promising because of soil conditions and paddy fields have become increasingly eroded barren. This caused a very severe economic pressures, so the rice fields they were continuing to meet the needs of the everyday life of the plant onions and rice.
Currently Haranggaol panoramic bay is dotted with Karamba (fish breeding and fish Tilapia Mas). Nearly a third of the bay had been filled by karamba and its placement was not regular. This resulted in the panorama of beach Haranggaol as a beautiful tourist destination becomes damaged eye of the tourists.
It seems difficult to forbid it. Nowadays most people have pinned their hopes Haranggaol is farming fish in the lake. Not bad, fish prices seem somewhat stable. Continue, how those who do not have the capital? There is no other choice but to farm processing and farm fields. Unfortunately, even if the result is good, it's cheap. At the time it was expensive, not very good harvest.
Haranggaol resort town not far different from the City of Parapat. Both the capital district. View of beauty is also not much different, because both are located on the edge of Lake Toba. The difference is that the City Parapat many crossed by public transport, both freight between provinces and between cities, and other tourism support facilities available in the town of Parapat. Highway and the city's tourism infrastructure is quite good and adequate. Differences with the City Haranggaol travel, tourism did not have the means of adequate road infrastructure is also very memprihatikan festival, so to drop their interest in the tourists visiting this city.
Since Mr. Brig Radjamin Purba, SH (the late) served as Regent Simalungun, highways of the city to city Haranggaol Seribudolok very nice-smooth. Not only that, the construction of roads connecting the city with the city Parapatpun Haranggaol been running almost Village Tigaras. Although the road was still under construction and stone roadside ditch has not dibeton. And until now, the road has never been paved. If this road construction can be forwarded, according to the original plan, investors would have looked at the tourist areas along the roadside is Lake Toba. Because of not less beautiful panorama with views of the Grand Canyon in America. They will be keen to build hotels, motels and villas for holiday and resting places along the road.
During the past 30 years, there have been several times turnover Simalungun Regents. But until now, the road does not go through to the city of Parapat. In fact it's been the condition of the road is already heavily damaged, because there is no treatment. On the other hand, has a lot of the costs the Government to open this road. Had it been transparent way to Parapat, then the portrait of tourism and economy of the region's population was not, as now, even much better.
Currently the city and its surrounding attractions Haranggaol very long for development in this area so as not to lag behind other regions. One approach to catch it between the other is through the development of facilities and infrastructure of the area to be repaired. It is time to do improve the quality of road infrastructure connecting the city Haranggaol to other areas in the vicinity. Especially the highway into the city and from Haranggaol Haranggaol to Tigaras through Bangunpurba Village, Sirungkungan, Simanindo, Tambun Kingdom, East direction Haranggaol city to city until translucent Parapat need special attention from government Simalungun.
We all believe if the development of infrastructure, other means can be realized by the Government Simalungun, tourism and economic conditions are expected Haranggaol and surrounding communities will slowly be better than now. With the resumption of construction of road connecting the city with the city Parapat Haranggaol it, will facilitate the flow of transportation to and from the Haranggaol. Not like now, there is no alternative way to go in and out of town Haranggaol. This is one of the causes behind Haranggaol city. With the smooth transportation in the area, is expected Haranggaol town and village along the highway that will be easily accessible, and given the potential beauty of the panorama of Lake Toba along the highway is expected to be visited by tourists in the future.
Sooner or later, construction of infrastructure and other facilities will have a positive impact to make this region as one of potential tourist destination as in the past. Recovery in tourism in this area will also have a positive impact on improving the economy and gradually be able to alleviate poverty Haranggaol tourist areas surrounding the city. Hopefully!