Tuesday, January 3, 2012

PANORAMA ALAM HARANGGAOL

Kota Haranggaol merupakan salah satu tujuan wisata di wilayah Kabupaten Simalungun-Sumatera Utara. Pada awal sekitar tahun 60-an hingga akhir tahun 70, daerah ini sangat ramai dikunjungi para wisatawan dalam negeri maupun manca negara.
Pada kurun waktu itu Pemda Simalungun sempat menikmati pemasukan retribusi wisatawan yang cukup menggembirakan. Bukan itu saja, bahkan masyarakat kota Haranggaol dan sekitarnyapun turut serta menikmatinya, dimana restoran atau kedai yang ada di daerah itu banyak dikunjungi wisatawan. Ditambah lagi dari hasil kebun seperti jeruk, mangga dan pisangpun laku.keras. Tentunya kunjungan wisata ini berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat di kota Haranggaol dan sekitarnya. Dan untuk memenuhi biaya hidup masyarakat sehari-hari dan untuk membiayai pendidikan anak-anaknyapun tidak jadi soal pada waktu itu. Namun, mulai awal tahun 80-an, arus wisatawan yang berkunjung ke kota Haranggaol mulai menurun. Dan sekarang daerah Haranggaol seolah sudah dilupakan oleh wisatawan.
Kondisi ekonomi rakyat di Kecamatan Haranggaol saat ini sangat mengerikan. Bahkan meliputi seluruh pesisir horinon ini. Hasil panen bawang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tanaman padi pun hampir tidak keliatan lagi karena mahalnya harga pupuk dan biaya produksi terus meningkat. Hasil panen juga tidak begitu menjanjikan karena kondisi tanah sawah dan ladang sudah semakin terkikis menjadi gersang. Ini disebabkan tekanan ekonomi yang sangat berat, sehingga sawah ladang mereka olah terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari hasil tanaman bawang dan padi.
Saat ini panorama teluk Haranggaol sudah dihiasi dengan karamba (pembudidayaan ikan Nila dan ikan Mas). Hampir sepertiga teluk itu telah dipenuhi oleh karamba dan penempatannya pun tidak teratur. Hal ini mengakibatkan panorama pantai Haranggaol sebagai tujuan wisata yang indah menjadi rusak dipandang mata para wisatawan.
Nampaknya sulit untuk melarangnya. Saat ini tumpuan harapan sebagian masyarakat Haranggaol adalah bertani ikan di danau itu. Lumayan, harga ikan nampaknya agak stabil. Terus, bagaimana mereka yang tidak mempunyai modal? Tidak ada pilihan lain kecuali bertani mengolah sawah dan ladangnya. Celakanya, kalaupun hasilnya bagus, harganya murah. Pada saat harganya mahal, hasil panennya tidak begitu baik.
Kota wisata Haranggaol tidak jauh berbeda dengan Kota Parapat. Keduanya merupakan ibukota kecamatan. Keindahan panoramanya juga tidak jauh berbeda, karena sama-sama terletak di pinggir Danau Toba. Yang membedakan adalah bahwa Kota Parapat banyak dilintasi oleh kendaraan umum, baik angkutan antar propinsi maupun antar kota, dan sarana penunjang kepariwisataan lainnya tersedia di kota Parapat. Jalan raya dan sarana kepariwisataan di kota ini cukup baik dan memadai. Beda dengan Kota wisata Haranggaol, tidak memiliki sarana pariwisata yang memadai juga prasarana jalan rayanya sangat memprihatikan, sehingga mengurungkan minat para wisatawan berkunjung ke kota ini.
Semenjak Bapak Brigjen Radjamin Purba, SH (Alm.) menjabat sebagai Bupati Simalungun, jalan raya dari arah kota Seribudolok ke kota Haranggaol sangat bagus-mulus. Bukan hanya itu, pembangunan jalan yang menghubungkan kota Haranggaol dengan kota Parapatpun sudah berjalan hampir sampai Desa Tigaras. Meskipun badan jalan itu masih dalam konstruksi batu dan selokan pinggir jalan juga belum dibeton. Dan hingga saat ini, jalan tersebut belum pernah diaspal. Apabila jalan ini dapat diteruskan pembangunannya, sesuai rencana semula, para investor pasti akan melirik daerah wisata sepanjang pinggir jalan Danau Toba ini. Karena panoramanya tak kalah indahnya dengan pemandangan Grand Canyon di Amerika. Mereka akan tertarik untuk membangun hotel, motel dan villa-villa sebagai tempat berlibur dan peristirahatan disepanjang jalan tersebut.
Selama kurun waktu 30 tahun terakhir, telah terjadi beberapa kali pergantian Bupati Simalungun. Namun hingga saat ini, jalan tersebut tidak kunjung tembus sampai ke kota Parapat. Malah saat ini sudah kondisi jalan tersebut sudah rusak berat, karena tidak ada perawatan. Di sisi lain, sudah banyak biaya yang dikeluarkan Pemerintah untuk membuka jalan ini. Sekiranya jalan itu sudah tembus ke Parapat, maka potret kepariwisataan dan perekonomian penduduk wilayah itu tidak seperti sekarang ini, bahkan sudah jauh lebih baik.
Saat ini masyarakat kota wisata Haranggaol dan sekitarnya sangat mendambakan pembangunan di daerah ini agar tidak ketinggalan dari daerah lain. Salah satu pendekatan untuk mengejar ketertinggalan itu antara lain adalah melalui pembangunan sarana dan prasarana wilayah itu harus diperbaiki. Sudah saatnya dilakukan peningkatan kualitas infrastruktur jalan raya yang menghubungkan kota Haranggaol ke daerah lain di sekitarnya. Terutama jalan raya masuk ke kota Haranggaol dan dari Haranggaol ke Tigaras melalui Desa Bangunpurba, Sirungkungan, Simanindo, Tambun Raya, arah Timur kota Haranggaol sampai tembus ke kota Parapat perlu mendapat perhatian khusus dari Pemda Simalungun.
Kita semua berkeyakinan apabila pembangunan infrastruktur, sarana lainnya dapat segera direalisasikan oleh Pemda Simalungun, diharapkan kondisi pariwisata dan perekonomian masyarakat Haranggaol dan sekitarnya secara perlahan akan lebih baik dari sekarang. Dengan dilanjutkannya pembangunan jalan tersebut penghubung kota Haranggaol dengan kota Parapat itu, akan memperlancar arus transportasi dari dan ke Haranggaol. Bukan seperti sekarang ini, tidak ada alternatif jalan lain untuk masuk dan keluar kota Haranggaol. Inilah salah satu penyebab kota Haranggaol tertinggal. Dengan lancarnya transportasi di daerah itu, diharapkan kota Haranggaol dan desa di sepanjang jalan raya itu akan mudah diakses, dan mengingat potensi keindahan panorama Danau Toba di sepanjang jalan raya itu diharapkan akan ramai dikunjungi wisatawan dimasa yang akan datang.
Cepat atau lambat, pembangunan infrastruktur dan sarana lainnya akan memberikan dampak positif untuk menjadikan kawasan ini sebagai salah satu tujuan wisata yang potensial seperti sediakala. Pulihnya pariwisata di kawasan ini akan berdampak positif pula terhadap peningkatan perekonomian dan secara perlahan-lahan akan dapat mengentaskan kemiskinan daerah wisata kota Haranggaol sekitarnya. Semoga!!

 Haranggaol city is one tourist destination in the district of North Sumatra Simalungun-. In the early 60s around until the end of the year 70, this area is very crowded by the tourists in the country and foreign countries.
At that time the local government levy income Simalungun tourists had enjoyed a fairly encouraging. Not only that, even Haranggaol city community and participate sekitarnyapun enjoy it, where the restaurant or tavern who are in the area visited by many tourists. Plus from crops such as citrus, mango and pisangpun laku.keras. Of course, this tour visits a positive impact on increasing people's income in the city and surrounding Haranggaol. And to meet the living expenses of everyday society, and to finance children's education-anaknyapun does not matter at that time. However, starting the early 80's, the flow of tourists visiting the city Haranggaol began to decline. And now Haranggaol area seemed to have forgotten by tourists.
Economic conditions of the people in District Haranggaol currently very terrible. Even covering the entire coast of this horinon. Onion harvest is not sufficient to meet daily needs. Rice plants were almost no plasticity again because of the high fertilizer prices and production costs continue to rise. Yields are also not very promising because of soil conditions and paddy fields have become increasingly eroded barren. This caused a very severe economic pressures, so the rice fields they were continuing to meet the needs of the everyday life of the plant onions and rice.
Currently Haranggaol panoramic bay is dotted with Karamba (fish breeding and fish Tilapia Mas). Nearly a third of the bay had been filled by karamba and its placement was not regular. This resulted in the panorama of beach Haranggaol as a beautiful tourist destination becomes damaged eye of the tourists.
It seems difficult to forbid it. Nowadays most people have pinned their hopes Haranggaol is farming fish in the lake. Not bad, fish prices seem somewhat stable. Continue, how those who do not have the capital? There is no other choice but to farm processing and farm fields. Unfortunately, even if the result is good, it's cheap. At the time it was expensive, not very good harvest.
Haranggaol resort town not far different from the City of Parapat. Both the capital district. View of beauty is also not much different, because both are located on the edge of Lake Toba. The difference is that the City Parapat many crossed by public transport, both freight between provinces and between cities, and other tourism support facilities available in the town of Parapat. Highway and the city's tourism infrastructure is quite good and adequate. Differences with the City Haranggaol travel, tourism did not have the means of adequate road infrastructure is also very memprihatikan festival, so to drop their interest in the tourists visiting this city.
Since Mr. Brig Radjamin Purba, SH (the late) served as Regent Simalungun, highways of the city to city Haranggaol Seribudolok very nice-smooth. Not only that, the construction of roads connecting the city with the city Parapatpun Haranggaol been running almost Village Tigaras. Although the road was still under construction and stone roadside ditch has not dibeton. And until now, the road has never been paved. If this road construction can be forwarded, according to the original plan, investors would have looked at the tourist areas along the roadside is Lake Toba. Because of not less beautiful panorama with views of the Grand Canyon in America. They will be keen to build hotels, motels and villas for holiday and resting places along the road.
During the past 30 years, there have been several times turnover Simalungun Regents. But until now, the road does not go through to the city of Parapat. In fact it's been the condition of the road is already heavily damaged, because there is no treatment. On the other hand, has a lot of the costs the Government to open this road. Had it been transparent way to Parapat, then the portrait of tourism and economy of the region's population was not, as now, even much better.
Currently the city and its surrounding attractions Haranggaol very long for development in this area so as not to lag behind other regions. One approach to catch it between the other is through the development of facilities and infrastructure of the area to be repaired. It is time to do improve the quality of road infrastructure connecting the city Haranggaol to other areas in the vicinity. Especially the highway into the city and from Haranggaol Haranggaol to Tigaras through Bangunpurba Village, Sirungkungan, Simanindo, Tambun Kingdom, East direction Haranggaol city to city until translucent Parapat need special attention from government Simalungun.
We all believe if the development of infrastructure, other means can be realized by the Government Simalungun, tourism and economic conditions are expected Haranggaol and surrounding communities will slowly be better than now. With the resumption of construction of road connecting the city with the city Parapat Haranggaol it, will facilitate the flow of transportation to and from the Haranggaol. Not like now, there is no alternative way to go in and out of town Haranggaol. This is one of the causes behind Haranggaol city. With the smooth transportation in the area, is expected Haranggaol town and village along the highway that will be easily accessible, and given the potential beauty of the panorama of Lake Toba along the highway is expected to be visited by tourists in the future.
Sooner or later, construction of infrastructure and other facilities will have a positive impact to make this region as one of potential tourist destination as in the past. Recovery in tourism in this area will also have a positive impact on improving the economy and gradually be able to alleviate poverty Haranggaol tourist areas surrounding the city. Hopefully!

No comments:

Post a Comment